"Semut di Seberang Lautan Tampak, Gajah di Pelupuk Mata Tidak Tampak"


"Semut di Seberang Lautan Tampak, Gajah di Pelupuk Mata Tidak Tampak"



Di negeri ini banyak sekali pepatah-pepatah bijak yang dapat kita jadikan pelajaran dalam kita meniti dan menjalani kehidupan sehari-hari dan banyak juga yang menjadikannya sebagai pituah/pegangan hidup supaya selamat dalam berkehidupan sehari-hari.

salah satu peribahasa yang sering kita dengar diucapkan adalah  ''Semut di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak''. peribahasa ini mengandung arti bahwa kesalahan diri sendiri tidak terlihat, kesalahan orang lain terlihat. Terkadang orang hanya suka mengkritik, mencemooh dan menjelek-jelekan orang lain tanpa berkaca kepada dirinya sendiri, seolah olah dirinyalah yang sempurna, suci dan merasa tidak pernah punya salah.

Semut yang hanya binatang kecil dilihat dari seberang lautan saja jelas keliatan ini mengandung arti kesalahan orang sekecil apapun dapat dilihat sedangkan gajah binatang yang badanya sangat besar tak tampak dipelupuk mata meski berada didepannya. Memang mudah untuk mencari kesalahan dan kekurangan orang lain, tetapi untuk mencari kesalahan dan kekurangan yang dimiliki itu tidak gampang.

Peribahasa ini memiliki makna yang sangat luas, bisa juga dijadikan sebagai alat meditasi dan mediasi diri pribadi maupun kelompok. Sebagai alat mediasi adalah sebagai pengingat diri (introspeksi diri) dan sebagai alat mediasi adalah menyelesaikan permasalahan yang terjadi dengan orang lain, terhindar dari perbuatan fitnah, menggunjing (Ghibah) dan sehingga diantara orang yang menggunjing bisa saling memaafkan.

Untuk itu sudah seharusnya kita berkaca pada diri kita sendiri, apakah kita ini sudah benar-benar bersih, suci, sempurna dan lebih baik dari orang lain? kalau belum tentunya kita tak perlu mencemooh dan menjelek-jelekan orang lain. Belum tentu orang lain itu lebih baik dari kita meski orang lain tersebut pernah berbuat suatu kesalahan.

Filsafat Jawa Kuno atau Indinesia Lama (Mataram) mengatakan perilaku dari "Semut di Seberaang Lautan Tampak, Gajah di Pelupuk Mata Tak Tampak" sama dengan manusia memasuki zaman edan. Orang tidak edan (waras) adalah manusia yang selalu (eling) atau ingat. Maka Doktrin Moral Jawa Kuno memiliki ketelitiannya dalam semua tindakan (tidak ceroboh, hati-hati), atau "alon-alon waton klakon" artinya perlahan tapi pasti atau tidak terburu-buru dalam bertindak, atau doktrin etika Jawa Kuno pada kata "eling lan waspodo' atau "ojo dumeh" sebuah kata etika mendalam untuk repleksi diri, apa yang dihayati berbeda denganyang dipikirkan.

Filsafat Moral Jawa Kuno mengartikannnya wujud hidup adalah penghayatan dan pengalaman pada apapun, kemudiaan mengambil sikap senantiasa ada "eling (ingat)". ingat mati, ingat orang tua, ingat doamu, ingat agama, ingat usia dll. dengan modal ingat maka tidak mungkin manusia bersikap "dumeh' (sombong atau angkuh) atau sering mencari kesalahan orang lain.

mudah-mudahan tulisan pertama saya di blog pribadi saya ini bisa bermanfaat dan bisa menjadi pemacu untuk saya pribadi rajin menulis dan membaca hehe....

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer